Monday, June 16, 2008

Tempat Terindah. Bersama yang Tercantik

Agua da Beber

Agua da beber... Camara

Agua da Beber

Agua da beber... Camara

.....


Sebuah reffrein dari musik jazz yang entah siapa penyanyinya. Pelantunnya seorang perempuan, dinyanyikan dengan lembut. Aku tinggal menikmati saja. Rasanya tak perlu mengetahui siapa penyanyinya. Apalagi penciptanya. Atau mungkin apa artinya Agua da Beber tadi. Atau memang perlu? Apa memang harus?! Sebagai penghargaan bagi si penyanyi dan segenap manusia yang memainkan istrumen musik hingga melahirkan melodi yang begitu lembut, dengan suara yang membuai. Ah! Musiknya juga hasil nodong teman. Karena memang enak di dengar. Akupun bukan tipe kurator yang memaknai karya seni dengan dalam. Aku hanya penikmat seni saja. Kunikmati dengan caraku, entah bagaimana orang menilainya. Karena memang begitulah seni. Untuk dinikmati. Jika mau; berpikirkanlah. Namun itu hak yang bersifat terpisah saja. Bukankah pekerjaan yang paling berat adalah berpikir! Lagipula musik itu aku kunikmati sambil pikiranku terbang entah kemana.

(Lagipula juga liriknya berbahasa latin!)


Pikiranku melayang pada nostalgia-nostalgia yang membuai. Pada teman yang sekarang tersebar entah di mana. Pada jalanan di Jogja sehabis hujan. Pada lampu minyak yang menghias gerobak-gerobak angkringan sambil diiringi obrolan-obrolan kesana-kemari dan gelak tawanya. Pada sore-sore yang selalu indah dengan langitnya yang cantik. Pada apapun yang melekat di sana. Di tempat paling indah di muka bumi.


....

Taking A Chance On Love

....


Musik beralih. Masih juga jazz. Kali ini dengan beat yang lebih cepat. Ringan. Masih juga saya tidak tahu siapa pelantunnya. Maaf, bukan maksud saya tidak menghargai. Malah saya sangat menghargai. Lagu anda saya dengar sampai habis. Bahkan beberapa kali aku ulangi. Namun sekali lagi maaf, bahasa Inggris saya juga kurang bagus. Jadi, maaf lagi, hanya kata yang menjadi judul itu saja yang saya ingat. Sekarang musik itu mengimajinasikanku pada masa depan.


Membayangkan musik itu dinikmati siang hari yang panas. Bersama sebuah buku yang seru. Membaca sampai tenggelam di dalamnya. Dengan angin siang yang menelusup dari sela-sela jendela. Dengan suara siang yang khas. Dengan... Ah... tidak... tidak! Itu seperti cerita masa lalu! Bukankah kukatakan tadi aku berimajinasi pada masa depan?


Lagu itu paling pas dinikmati sambil ngobrol. Bicara apapun. Dengan seseorang. Saya akan mendengarkan ceritanya yang seru. Yang tak pernah terpikirkan dalam imajinasiku sendiri.

Ah, tidak!

Saya tidak akan mendengarnya bercerita. Saya akan menikmatinya. Menikmati ceritanya. Menikmati gerak tubuhnya. Menikmati setiap kata yang keluar dari bibirnya. Menikmati setiap helai rambutnya yang dibelai angin. Mungkin juga aku akan memberikan sedikit belaian dan kecupan terimakasih. Menikmati cemberutnya, karena saya tak begitu menyimak ceritanya. Mungkin. Menikmati setiap detail wajahnya. Menikmati setiap hembusan nafasnya. Menikmati salah tingkahnya, sambil tersenyum.


Di tempat terindah. Bersama yang tercantik.